Menantu Pahlawan Negara

Bab 555



Bab 555 Baru Tunduk Setelah Jurus Kekerasan Dikeluarkan.

Tina mendengus dingin dan berkata, “Dasar mesum! Apa kamu nggak pernah bertemu wanita

sebelumnya?”

Dilon menutupi wajahnya yang memerah karena ditampar oleh Tina. Seketika itu pula, ekspresinya

langsung berubah menjadi ganas..

“Dasar wanita jalang! Berani–beraninya kamu memukulku!”

Dia berkata dengan amarah yang memuncak, “Apa kamu tahu slapa aku….”

“Plak!”

Tina melayangkan satu tamparan lagi ke wajah pria itu, lalu tersenyum tipis dan berkata, “Kalau begitu,

apa kamu tahu siapa aku?”

“Kamu beri tahu dia siapa aku,” kata Tina kepada anak buah yang berdiri di belakangnya tanpa menoleh

ke belakang.

Anak buah Tina itu berkata dengan dingin, “Ini adalah Kak Tina, presdir Grup Lautan Berlian.”

“Presdir Grup Lautan Berlian?”

Dilon langsung membelalak kaget, lalu berkata dengan nada ketakutan, “Kamu adalah Tina, putri angkat

Tuan Alden!”

Begitu mendengar ucapan Dilon, aura dingin langsung menjalar di sekujur tubuh anak buahnya.

Tina adalah putri angkat Alden, sang raja preman.

Alden adalah orang yang baru saja mengusir raja preman lainnya, yaitu Billy dari Kota Banyuli.

Kini, di seluruh Kota Banyuli, siapa lagi yang berani memprovokasi Grup Lautan Berlian?

Tina tertawa, lalu berjalan ke arah sofa dan duduk dengan santai. Kemudian, dia mengangkat dagunya ke arah Ardika dan berkata, “Karena kamu yang menghubungi ayahku, coba kamu katakan apa yang ingin kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.”

Dia sama sekali tidak heran mengapa Ardika bisa muncul di sini.

Dilon mengalihkan pandangannya ke arah Ardika, lalu berkata dengan seulas senyum menyanjung.” Tuan Ardika, tadi hanya kesalahpahaman….”

+15 BOWS

“Hajar dia dulu.”

Ardika memerintahkan anak buah yang dibawa oleh Tina.

Beberapa orang anak buah Tina itu tidak terima mendengar nada memerintah Ardika, Mereka mendengus, lalu mengalihkan pandangan mereka ke arah Tina.

“Suruh kallan hajar, ya hajar saja.“. This is from NôvelDrama.Org.

Tina melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Setelah mendengar ucapan Tina, beberapa orang itu segera bertindak. Mereka berjalan menghampiri

Dilon dan menghajar pria itu hingga babak belur.

“Bam… bam… bam….”

Dengan iringan suara teriakan menyedihkan, wajah Dilon sudah tampak tidak berbentuk lagi.

Kemudian, pria itu dilemparkan ke bawah kaki Ardika.

bernama

Ardika berjongkok di hadapan pria itu dan berkata, “Pak Dilon, baru saja anak buahmu mengatakan bahwa bang muka sebesar 200 miliar itu sudah dibawa kabur oleh seorang anak buahmu yang Aji. Semalam dia sudah melarikan diri keluar dari perbatasan menuju ke Negara Vato?”

“Ya,” jawab Dilon dengan nada kesakitan.

Ardika menganggukkan kepalanya dan berkata, “Kalau begitu, aku juga beri kamu waktu satu malam untuk pergi ke Negara Vato untuk membawanya dan uang itu kembali.”

“Tuan Ardika, waktu satu malam terlalu pendek, paling baru sempat melewati perbatasan dan tiba di Negara Vato,” kata Dilon dengan ekspresi getir.

“Bisa melarikan diri ke Negara Vato dalam kurun waktu semalaman, tapi nggak bisa kembali dalam

waktu semalaman?”

Ardika berkata dengan dingin, “Besok pagi kalau aku nggak bisa bertemu dengan orang itu dan mendapatkan uangku kembali, kamu harus mati!”

Saking ketakutannya, sekujur tubuh Dilon gemetaran.

“Jangan, jangan, Tuan Ardika! Kita bisa membicarakan hal ini baik–baik! Aku akan segera menyerahkan orang itu kepada Tuan dan mengembalikan uang kepada Tuan!”

Ardika menatap pria itu dan berkata sambil tersenyum tipis, “Pak Dilon, bukankah tadi kamu

+15 BONUS

mengatakan waktu satu malam nggak cukup? Apa mungkin sekarang anak buahmu sudah bisa

berteleportasi?”

Dalam situasi seperti ini, tentu saja Dilon sudah mengerti bahwa Ardika sudah mengetahui segalanya

dan sengaja mempermainkannya saja.

“Tuan Ardika, tadi aku hanya membohongi kallan!”

Dia sudah menyerah untuk meronta lagi dan berkata dengan nada lemah, “Anak buahku itu bersembunyi

di dalam pabrik. Dia sama sekali nggak pergi ke Negara Vato.”

“Adapun mengenai uang muka sebesar 200 miliar itu, aku sengaja nggak ingin mengembalikannya

kepada kalian!”

“Dasar bodoh, nggak mau tunduk sebelum jurus kekerasan dikeluarkan!”

Ardika melambaikan tangannya dan berkata, “Hajar lagi.”

“Ah… ah… sakit….”

Pria gemuk itu kembali dihajar hingga babak belur.

Saat Dilon dilemparkan ke hadapan Ardika sekali lagi, dia sudah terlihat seperti seekor anjing mati.

“Cepat katakan! Siapa yang menginstruksikanmu untuk melawan Grup Bintang Darma?” tanya Ardika.

Dilon berkata dengan nada tidak berdaya, “Nggak ada yang memberiku instruksi. Aku hanya ingin memeras uang Grup Bintang Darma karena melihat Grup Bintang Darma menjadi target makian di

internet.”

“Ah, sepertinya hanya dihajar saja sudah nggak cukup.”

Tiba–tiba, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah anak buah yang dibawa oleh Tina dan berkata, ” Seharusnya orang–orang seperti kalian yang sudah lama berkecimpung di dunia preman sudah terbiasa menginterogasi orang dengan teknik penyiksaan, bukan?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.